“Legenda Gunung Arjuno”
Dalam kisah pewayangan, kita sering
mendengar tentang Pandawa Limo, yaitu : Yudistira, Bima, Arjuno yang berarti
bersinar, Nakulo, dan Sadewo.
Diantara Pandawa Limo, Arjuno adalah sosok pewayangan yang
paling ganteng, gagah dan sakti mandraguno. Pada kesempatan ini saya akan
bercerita tentang “Arjuno”.
Pada suatu ketika Arjuno ingin bertapa
di sebuah gunung. Ia bertapa dengan sangat tekun, hingga berbulan-bulan
lamanya. Karena ketekunannya sampai-sampai tubuhnya mengeluarkan sinar yang
memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Karena peribawanya yang hebat,
burung-burung pun tidak ada yang berani terbang diatasnya. Kalau sampai ada
burung yang terbang diatasnya atau berani terbang diatasnya …… wah ……..
pastilah jatuh tersungkur, jadi makhluk apapun tidak ada yang berani mengganggu.
Arjuno yang begitu khusuknya
bersemedi, ternyata menimbulkan kekacauan di kahyangan Suralaya. Kahyangan
geger. Kawah Condrodimuko mendidih menyemburkan muntahan lahar. Bumi
berguncang, petir menggelegar disiang bolong. Terjadi hujan yang menyebabkan
banjir, menyebarkan penyakit, orang yang sore sakit, pagi langsung is dead
(mati). Bahkan gunung tempatnya bertapa menjadi terangkat menjulang ke langit.
Langit kelap-kelap ….
Para Dewa sangat kuatir, mereka berkumpul mengadakan
sidang dipimpin oleh Batara Guru.
Batara
Guru : “Ada apa gerangan yang terjadi
di Marcapada, kakang Narada. Hingga
Kahyangan menjadi geger” sabda Batara Guru.
Narada :
“Ampun batara Guru, Arjuno sedang bersemedi itulah penyebabnya.
Akhirnya dari sidang para dewa diputuskan bahwa Batara
Naradalah yang bakal menyelesaikan masalah. Batara Narada mengirimkan para
bidadari untuk menggoda Arjuno.
Bidadari :
“kakang Arjuno yang ganteng dan perkasa bangunlah”, goda sang bidadari
dengan suara merdunya.
Bukannya tergoda, Arjuno malah semakin tekun dan gunung
yang dipakai untuk bertapa semakin tinggi. Karena bidadari-bidadari cantik
tidak berhasil, maka turun langsung Batara Narada ke Marcapada.
Sesaat ia terbang, ngiter-ngiter diangkasa, mencari titah
yang menjadi sumber goro-goro.
Batara Narada :
”Oh ….. oh ….. dilihatnya Arjuno sedang bertapa di puncak gunung. Dengan
suara penuh kesabaran bersabda “Cucuku
Arjuno bangunlah dari tapamu,
semua orang
bahkan para Dewa akan menjadi celaka bila
kau tak mau menghentikan
tapamu”.
Arjuno :
”Emang gue pikirin”.
Arjuno mendengar panggilan tersebut,
tapi karena keangkuhannya dia tidak bangun malah semakin tekun. Dia berfikir
bila dia tidak mau bangun pasti dewa akan binggung akan memberi banyak senjata
dan kesaktian. Batara Narada gagal membangunkan Arjuno maka dia kembali ke
kahyangan dan sidang susulan pun dilakukan.
Dari hasil sidang, Batara Ismaya yang sudah
menjelma menjadi semar diutus untuk membangunkan tapa Arjuno. Bersama Togog
mereka bersemedi di masing-masing sisi gunung tempat Arjuno bertapa. Berkat
kesaktian tubuh mereka berubah menjadi tinggi dan besar hingga melampaui puncak
gunung, lalu mereka mengeruk bagian bawah dan memotongnya, mereka melemparkan
puncak gunung itu ke tempat lain. Buum …… Bleeng !!!!! suara gunung yang
dilemparkan itu mengagetkan Arjuno. Arjuno segera terbangun dari tapa nya , ia
diberi nasehat oleh Semar bahwa tindakannya itu tidak benar. Arjuno pun minta
maaf atas tindakannya, gunung tempat Arjuno bertapa itu diberi nama itu Gunung
Arjuno. Potongan gunung yang di lempar diberi nama Gunung Ukir.
Nah ……… demikianlah legenda Gunung Arjuno yang terjadi
akibat ulah Arjuno yang angkuh. Tetapi ada juga yang dapat kita teladani dari Arjuno
yaitu ia mau meminta maaf.